banner 140x600
banner 140x600
BULETIN NEWSRAGAM PERISTIWA

Pemkot Ternate Terima Sertifikat Frambusia (Bebas Frambusia) Dari Kemenkes RI

444
×

Pemkot Ternate Terima Sertifikat Frambusia (Bebas Frambusia) Dari Kemenkes RI

Share this article

Buletinmalut.com TERNATE – Pemerintah Kota (pemkot) Ternate menerima sertifikat bebas Frambusia dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Budi G Sadikin.

Sertifikat itu diterima langsung oleh Walikota Ternate, M. Tauhid Soleman, dalam rangka peringatan Hari Neglected Tropical Diseases (NTDs) Sedunia, bertempat di Krakatau Grand Ballroom Taman Mini Indonesia, Selasa 21/2/2023 kemarin.

Hal ini disampaikan Plt, Kepala Dinas Kesehatan Kota Ternate, Muhammad Assagaf, bahwa Frambusia adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum pertenue, infeksi ini biasanya terjadi di negara wilayah tropis.

“Frambusia dikenal juga sebagai frambesia tropica atau patek, penyakit tersebut bisa menular melalui kontak langsung dengan ruam pada kulit yang terinfeksi dan awalnya, frambusia hanya akan menyerang kulit namun seiring berjalannya waktu, penyakit ini juga dapat menyerang tulang dan sendi.

Lanjutnya, penyebab frambusia atau yaws terjadi akibat infeksi bakteri Treponema pallidum pertenue karena karena penyebab hal tersebut dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui luka terbuka atau goresan di kulit sebab penularannya melalui kontak langsung dengan ruam kulit pada penderita frambusia,” ujarnya,” Selasa (21/2/2023).

Menurutnya, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena frambusia yaitu, tinggal di negara endemik frambusia yang berusia di bawah 15 tahun, terutama usia 6 sampai 10 tahun karena bagi yang tinggal pada daerah dengan sanitasi buruk, mengalami kemiskinan.

Dikatakan, gejala frambusia dibagi dalam beberapa tahapan seperti tahap primer ini muncul sekitar 2 sampai 4 minggu setelah penderita terpapar bakteri penyebab frambusia. Penderita akan mengalami ruam kulit serupa dengan stroberi, ruam yang disebut mother yaw ini berwarna kuning dengan garis merah yang mengelilinginya.

“Ruam frambusia dapat timbul di area kulit penderita yang terpapar bakteri, umumnya di kaki. Ruam tersebut tidak terasa sakit, tetapi gatal. Umumnya, mother yaw menghilang dengan sendirinya setelah 3 sampai 6 bulan dan gejala lainya seperti demam, nyeri sendi, serta pembengkakan kelenjar getah bening,” tuturnya.

Sedangkan untuk tahap laten sendiri, penderita tidak mengalami gejala, tetapi bakteri tetap ada di dalam tubuh, ini muncul pada setiap pergantian tahap dari primer ke sekunder berlangsung 6 sampai 16 minggu. karena infeksi masih bisa ditularkan ke orang lain meski penderitanya tidak mengalami gejala.

Sementara itu, tahap laten dari sekunder ke tersier dapat berlangsung selama 5 sampai 15 tahun, penderita tidak mengalami gejala apa pun dan tidak menularkan frambusia kepada orang lain namun, jika itu tidak ditangani penderita akan memasuki tahap tersier.

“Ruam kulit dapat muncul di berbagai bagian tubuh, seperti kaki, lengan, wajah, dan bokong, penderita juga dapat memiliki ruam kulit yang terasa nyeri di telapak kaki. Akibatnya, penderita mulai merasa sulit untuk berjalan dan mengalami perubahan pada gaya berjalan. Kondisi ini sering disebut dengan crab yaws,” pungkasnya.

Meski begitu, tahap sekunder mengakibatkan timbulnya peradangan pada lapisan terluar tulang (osteoperiostitis) dan pembengkakan jaringan di sekitar tulang jari-jari kaki, peradangan ini juga dapat menimbulkan nyeri.

Selain itu, ada juga tahap tersier jika tidak ditangani, frambusia dapat memasuki tahap tersier. Tahap ini jarang terjadi, yaitu hanya sekitar 10% dari penderita frambusia. Pada tahap tersier, ruam kulit akan muncul dan berkembang sehingga mengakibatkan kerusakan pada kulit, tulang, dan sendi.

“Hal tersebut dapat mengalami kerusakan pada wajah yang bisa meliputi sindrom goundou dan sindrom gangosa dan sindrom goundou merupakan pembengkakan pada jaringan hidung, dan pembentukan tulang berlebih di wajah, sedangkan sindrom gangosa merupakan gangguan pada sel saraf di hidung, tenggorokan, serta langit-langit mulut,” kata Tauhid.

Disisi lain, Walikota Ternate, M.Tauhid Soleman, mengatakan, dengan diterimanya sertifikat tersebut, membuktikan bahwa kondisi sanitasi di Kota Ternate tidak buruk apalagi di kondisi siklus tropis seperti hujan dan panas yang ekstrim.

Jika itu masih tetap di pertahankan, maka Ternate bebas frambusia dan paling penting adalah menjaga kesehatan masyarakat melalui pembangunan kesehatan yang berwawasan lingkungan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat.

Ia tambahkan, maka dari itu, perlu adanya
umpan balik antara Dinas Kesehatan dengan masing-masing Puskesmas sehingga dapat memonitoring dan evalusi, ini adalah sebagai upaya meningkatkan kondisi derajat kesehatan masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami dengan diberikan edukasi dan mampu menjaga pola hidup sehat.

“Harapannya semoga pemkot Ternate dapat mempertahankan hal baik ini dan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan seperti bantuan kesehatan masyarakat, dengan cara akan melengkapi sarana fasilitas kesehatan yang memadai dan mudah dijangkau oleh masyarakat,” tutupnya.*(ril).

banner 336x280
Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!