BuletinMalut.com TERNATE- Ulah Bupati Halmahera Utara (Halut), Frans Manery mendapat kritikan dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Maluku Utara (Malut).
Frans Manery diketahui pada 31 Mei 2024 bubarkan mahasiswa yang berdemonstrasi dari organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Tobelo dengan cara menggunakan sebilah parang panjang dan mengejar massa aksi.
Koordinator Wilayah XV GMKI Malut, Fandi Salasa, mengatakan, bahwa perbuatan yang dilakukan oleh pemimpin daerah itu merupakan contoh tidak baik untuk ditiru oleh warga Halmahera Utara.
“Perbuatanya yang mengejar massa aksi menggunakan parang tajam untung tidak memakan korban dan itu merupakan tindakan arogan yang dipertontonkan pada publik,” ujarnya, Sabtu (1/6/2024).
Dikatakan, Frans Manery harus bijak dalam menyikapi sesuatu atau memanggil koordinator lapangan dari massa aksi untuk membahas apa yang menjadi tuntutan dari GMKI Cabang Tobelo terkait dengan krisis keuangan daerah.
Menurut Fandi, tindakan arogan bupati itu dinilai masuk pada unsur tindak pidana dan hal tersebut perlu dilaporkan ke pihak yang berwajib atau dikepolisian untuk diproses sesuai perbuatannya.
“Ini adalah negara demokrasi dan setiap orang berhak menyampaikan pendapat dimuka umum karena hal itu sudah jelas di jamin oleh Undang-Undang (UU),” jelasnya.
Ia menyebutkan, tindakan premanisme dari Frans Manery yang membubarkan massa aksi merupakan perbuatan pengancaman yang dinilai bisa menghilangkan nyawa seseorang.
“Agar tidak terulang lagi untuk kedepannya maka perbuatannya harus dilaporkan agar dapat dipertanggungjawabkan secara hukum,” pungkasnya.*(Abril).
