banner 140x600
banner 140x600
BULETIN NEWS

Diduga Ancam Mahasiswi ISDIK Kie Raha Ternate, Sekcam Oba di Tidore: Tudingan Itu Keliru

803
×

Diduga Ancam Mahasiswi ISDIK Kie Raha Ternate, Sekcam Oba di Tidore: Tudingan Itu Keliru

Share this article

BuletinMalut.com.TIKEP- Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Oba, Kota Tidore Kepulauan (Tikep) memberikan klarifikasi terkait isu dugaan pengancaman terhadap salah satu mahasiswi Institut Sains dan Teknolgi (ISDIK) Kie Raha Ternate.

Sekcam Oba, inisial F, menjelaskan bahwa tuduhan atas dirinya terkait pengancaman tersebut merupakan hal yang dinilai keliru bagi dia.

Lanjutnya, lantaran kejadian sebenarnya bukanlah begitu namun dirinya mendatangi sekolah ditempat yang dimana Julyana sedang melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) berkeinginan supaya bersangkutan dipulangkan.

“Saya datangi sekolah tempat Julyana PPL hanya ingin bersangkutan agar dipulangkan saja karena diketahui bersangkutan sudah diduga melakukan tindakan yang dinilai menyudutkan anak kami,” ujarnya, Rabu (6/11/2024) kemarin.

Menurutnya, terkait pengancaman tersebut, itu keliru karena dirinya merasa tidak pernah mengeluarkan bahasa dengan nada pengancaman terhadap bersangkutan yang sedang PPL.

Dikatakan F, bahwa setelah kejadian antara anaknya dan mahasiswi itu tidak mau lagi bersekolah dan kemudian yang membuat pihaknya lebih kesal karena bersangkutan tidak ada etikat untuk meminta maaf atas perbuatannya dinilai menyudutkan putrinya.

“Ia memang yang bersangkutan adalah calon guru yang ingin mengetahui kondisi siswa siswinya disekolah dan kemudian menanyakan tangan anaknya didepan teman-temannya namun itu dinilai keliru, kan seharusnya tanyakan secara tertutup,” jelasnya.

Ia menyebutkan, putrinya tersebut pernah mengalami musibah waktu masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) karena siswi jatuh yang menyebabkan tulang tangannya patah. Tangannya itu bagian kanan, uratnya jarinya putus sehingga disembunyikan.

“Yang bersangkutan ini menanyakan pada anak saya, kenapa tangannya selalu dia disembunyikan dan kalau bisa ditunjukan saja sambil mengakhiri pembelajaran di kelas, tentu saja membuat putriku merasa dipermalukan dihadapan teman-temannya,” kisahnya.

Karena pertanyaan itu, sehingga membuat putrinya menangis karena merasa telah disudutkan dengan kondisi tangannya dan kemudian semua guru panik kemudian membawa anaknya ke kantor membujuknya supaya tidak menangis.

“Anak saya menangis sampai dirumah karena merasa kecewa dengan pertanyaan itu dilakukan dihadapan temannya di kelas membuatnya malu sehingga trauma karena perilaku seperti itu termaksud kategori bulying,” Sekcam menyayangkan.

Ia menambahkan, sebagai seorang guru di sekolah sebagai pengganti orang tua siswi dirumah seharusnya bersangkutan bisa melindungi dan memperkuat rasa percaya diri anak didik serta menjaga phisikolginya sehingga tidak menimbulkan rasa trauma.*(Ril/red).

banner 336x280
Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!