Buletinmalut.com TERNATE- Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasan Boesoirie (CB) membantah data Lembaga Pengawasan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (LPP Tipikor) Maluku Utara (Malut) terkait dengan kasus 13 pasien kemo theraphy yang meninggal pada tahun 2023 kemarin.
Pasalnya, berdasarkan laporan data yang dikantongi Direktur RSUD CB pada saat rapat evaluasi pertengahan Desember 2023 sebanyak 10 orang pasien kemo theraphy meninggal bukan 13 orang.
Hal ini disampaikan oleh Direktur RSUD CB, dr. Alwia Assagaf, bahwa untuk alat kemo theraphy yang lama difungsikan sejak tahun 2016 kemarin sampai Desember 2023. Hal itu dihentikan lantaran alat tersebut sudah memakan usia, sehingga kapasitasnya mulai menurun.
“Akhir November pelayanan sempat terhenti namun pada Desember 2023 pelayanan sempat dibuka kembali namun setelah diperbaiki alatnya kurang bagus dan kemudian pelayanan diberhentikan untuk pasien,” ujarnya, Jumat (11/1/2024).
Dikatakan, karena alat tersebut kapasitas menurun maka para pasien saat pihaknya tawarkan akan di rujuk ke RSUD luar wilayah Malut banyak dari mereka (pasien kanker) menolak karena mungkin karena faktor biaya tempat tinggal saat berada diluar.
Lanjutnya, bahwa para pasien yang meninggal rata-rata yang menolak untuk dirujuk ke RSUD luar daerah sehingga secara otomatis tidak akan mendapatkan pelayanan kemo theraphy.
“Meninggalnya pasien bukan di RSUD CB karena menolak untuk dirujuk maka itu tidak akan dapatkan pelayanan kemo theraphy dan kalau pelayanan kemo di wilayah Malut hanya RSUD CB yang bisa,” kata Alwia.
Dikatakan, kalau pasien kemo theraphy yang sudah stadium akhir pasti sangat bergantung pada pelayanan. Karena kapasitas alat mulai menurun sehingga hanya mampu melayani 2 orang saja, kemudian terjadilah penumpukan pasien.
Kemudian, berdasarkan hasil laporan dari spesialis ahli bedah onkologi, dr. Arif Santoso telah melaporkan yang meninggal kurang lebih 10 orang, itu laporan saat rapat evaluasi pertengahan Desember 2023.
Ia juga menyesalkan, semestinya dari pihak LPP Tipikor sebelum mempublikasi atau berunjukrasa, data itu harus konfirmasi terlebih dahulu. Pihaknya juga tidak ketahui soal tambahan 3 orang lantaran belum ada laporan dari stafnya sehingga menjadi 13 orang.
Selain itu, untuk alat kemo theraphy yang pengadaan 2022 kemarin belum bisa untuk dioperasikan karena terkendala dengan biaya terbilang cukup tinggi. Alat tersebut difungsikan membutuhkan ruangan yang bertekanan negatif.
“Untuk bisa fungsikan alat kemo theraphy membutuhkan ruangan bertekanan negatif namun setelah kami mencari pihak rekanan permintaan biaya pembuatan ruangan tersebut kurang lebih Rp 2 miliar,” kisahnya.
Meski begitu, karena biaya permintaan dari pihak rekanan tadi tidak disanggupi RSUD CB maka kami mengusulkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2023 namun tidak terakomodir.
Sehingga, anggaranya kami rubah dan mengupayakan dimasukan pada Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) tahun 2024, sekarang ini lagi mencoba menghubungi kembali dari pihak rekanan tersebut dan meminta agar dari anggaran yang diajukan sebelumnya bisa berkurang dari Rp 2 miliar.
“Setelah ruangan bertekanan negatif sudah dikerjakan maka dari vendor alat pencampur obat kemo theraphy yang baru akan memasang alat yang dimaksud,” tutur Alwia.
Alwia berjanji, lantaran anggaran tersebut sudah diploting dalam rencana bisnis anggaran rumah sakit maka diupayakan pada Januari 2024 pihak rekanan bakal di undang kembali membahas kesiapanya sejauh mana. Dan ini menjadi prioritas kami agar pelayan kemo theraphy terus berlanjut.
“Kalau alat yang baru ini sudah difungsikan maka akan bisa melayani pasien kemo theraphy sampai lebih dari 10 orang perhari. Jadi yang menjadi kendala bukan alat yang baru tapi ruangan negatifnya belum ada,” Direktur RSUD mengakhiri.*(Abril).