Buletinmalut.com TERNATE – Menyambut Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Hari Guru Nasionla (HGN) Perempuan PGRI Maluku Utara (Malut) melaksanakan seminar.
Seminar tersebut terkait dengan konsepsi peran perempuan dalam pendidikan Indonesia kuat dan maju.
Ketua Perempuan PGRI Malut, Nurhayati Pandawa, pihaknya sudah berulang kali menyelenggarakan seminar terkait dengan perempuan PGRI dan dalam kegiatan tersebut banyak pemateri yang sudah di hadirkan.
Lanjutnya, materi yang dibawakan sesuai dengan ekspetasi peserta tak hanya itu, dari sponsor erlangga juga bekerjasama dengan pihaknya turut berpartisipasi menghadirkan pemateri lainya.
Olehnya itu, tujuan dari kegiatan itu adalah memberikan pemahaman kepada perempuan PGRI dalam dunia pendidikan agar peran guru untuk merancang kwalitas supaya Indonesia maju.
Selain itu, dirinya menyebutkan bahwa untuk ke depanya ada program-program yaitu tentang mandatori pilot projetc yang baru dibuat yaitu Kecamatan Ternate Tengah, Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan.
“Itu di lihat dari masalah-masalah yang sering di hadapi sampai ke akar-akarnya dalam dunia pendidikan kemudian di angkat karena namanya guru pasti berkaitan dengan siswa,” Selasa (22/11/2022).
Meski begitu, ada kegiatan-kegiatan terkait dengan kwalitas mutu guru yang berimbas pada pendekatan mutu secara umum hingga menyangkut siswa di dalamnya.
Sementara dosen Universitas Negeri Makassar (UNM), Citra Rosalina Anwar, selaku pemateri menjelaskan, perempuan PGRI merupakan ron model yang akan menumbuhkan kepercayaan dan guru juga tidak bisa tergantikan dari berbagai macam hal serta dalam teknologi.
Dikatakan, pentingnya juga untuk menyadari bahwa sebagai guru tiap tindakan atau ucapan akan menjadi pesan buat siswa atau pun orang tua dan sebagainya.
Rosalina menyebutkan, perempuan PGRI harus paham bahwa keberadaan teknologi di era sekarang sangat penting karena selain untuk menyebarkan informasi di internet atau media sosial sebaiknya lebih bijak atau sifatnya mendidik dan bermanfaat banyak orang.
Menurut Citra, hal tersebut sudah banyak diketahui namun saja tidak ada yang mau mencoba membahasnya seperti kekerasan terhadap perempuan, kekerasan di sekolah dan sebagainya itu merupakan isu paling penting untuk dibicarakan dan mencari solusinya.
“Saya juga sempat membahas tentang penggunaan media untuk penyambung informasi seperti facebook, tiktok,serta lainya itu bisa digunakan tetapi dengan konten yang positif,” kata dosen UNM.
Ia tambahkan, sebelumnya yang berprofesi guru harus sadar sebelum memosting sesuatu di media sosial bahwa kita ini adalah panutan sebagai tenaga pendidik dan ada sesuatu yang melekat pada diri sendiri itu harus di pahami sehingga bisa digunakan secara hati-hati.*(Abril).